SEJARAH SYARI’AT BERKURBAN

Berkurban merupakan salah satu bentuk syiar Islam yang di syariatkan berdasarkan dalil Al-Qur’an, Sunnah Rasulullah SAW, dan ijma’ para ulama. Allah SWT. berfirman :

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

“Maka shalatlah untuk Rabbmu dan sembelihlah hewan (berkurbanlah).” (QS. Al-Kautsar : 2)

Sebelum masuk kepada penjelasan mengenai Kurban, sebagai muslim kita harus mengetahui terlebih dahulu sejarah munculnya Syariat Kurban. Agar tidak terjadi distorsi informasi atau kesalahpahaman dalam memahami ibadah Kurban. Juga untuk menambah pengetahuan kita terkait ibadah yang hanya dilakukan setahun sekali ini.

Asal mula Kurban berawal dari lahirnya Nabi Isma’il As.  Pada saat itu dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim As tidak memiliki anak hingga di masa tuanya, lalu beliau berdoa kepada Allah. “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang sholeh.” (QS Ash-Shafaat : 100). Allah SWT mengabulkan do’a Nabi Ibrahim dengan menganugerahkan seorang putra yang diberi nama Isma’il.

Setelah mendapatkan anak yakni Isma’il As, Nabi Ibrahim yang saat itu mendapat mimpi menyembelih putra kesayangannya, yaitu Ismail.

Dan Setelah mendapat mimpi tersebut, Nabi Ibrahim merasa bingung tapi tidak lantas membenarkan dan tidak pula mengingkari. Sebab ia tahu bahwa mimpi itu dari Allah SWT.

Hasilnya, ia justru kembali mendapat mimpi yang sama hingga ketiga kali, yaitu permintaan menyembelih Ismail yang saat itu masih berusia sekitar 7 tahun.

Nabi Ibrahim segera menemui putranya dan menjelaskan tentang mimpinya itu. Berikut jawaban Ismail yang tertulis dalam Al Quran, ketika memberi izin sang ayah menyembelih dirinya sesuai perintah Allah SWT.

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, ‘Wahai anakku! Sungguh aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah bagaimana pendapatmu!’ (QS As-Saffat ayat 102).”

“Dia (Ismail) menjawab, ‘Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu, insya Allah Engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar’ (QS As-Saffat ayat 102).”

Mendengar jawaban bijak dari anaknya itu, Nabi Ibrahim AS dibuat semakin sedih dan tak kuasa menahan tangis karena bagaimana pun ia adalah putranya yang paling disayang.

Setelah keduanya sepakat melakukan penyembelihan, Nabi Ibrahim membawa Ismail ke Mina dan membaringkannya di atas pelipisnya.

“Wahai ayahku! Kencangkanlah ikatanku agar aku tidak lagi bergerak, singsingkanlah bajumu agar darahku tidak mengotori, dan jika nanti ibu melihat bercak darah itu niscaya ia akan bersedih, percepatkah gerakan pisau itu dari leherku, agar terasa lebih ringan bagiku karena sungguh kematian itu sangat dahsyat. Apabila Engkau telah kembali maka sampaikanlah salam kasihku kepadanya.” (Syekh Muhammad Sayyi Ath-Thanthawi, Tafsir Al-Wasith, Beirut, Darul Fikr: 2005 M halaman 3582).

“Sungguh, sebaik-baiknya pertolongan adalah Engkau wahai anakku dalam menjalankan perintah Allah,” (Imam Fakhruddin Ar-Razi, Tafsir Mafatihul Ghaib, [Beirut, Darul Kutub: 2000 M], juz XXVI, halaman 138).

Pada saat Nabi Ibrahim AS ikhlas, pisau paling tajam yang digunakan itu tidak mempan untuk menyembelih leher Ismail.

Berkali-kali pisau itu seperti tumpul bahkan tidak meninggalkan bekas apa pun di leher Ismail kecil yang halus dan lembut.

Dan sejarah ini terkisahkan di dalam Al-Qur’an sebagai bukti daripada keajaiban dan Kuasa Allah Ta’ala. “Lalu Kami panggil dia, ‘Wahai Ibrahim! Sungguh, Engkau telah membenarkan mimpi itu.’ Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,” (Surat As-Saffat ayat 104-108).

Demikian adalah sebuah sejarah awal mula syariat Qurban ada hingga hari ini, Qurban menjadikan ibadah ketaatan dan ketaqwaan seorang hamba kepada Sang Maha Pecipta.

Pada saat kita patuh, taat, dan melaksanakan perintah Allah SWT, maka Allah SWT akan memberikan hal yang tidak disangka-sangka dan hal tersebut adalah yang terbaik bagi kita sebagai hamba-Nya.

Dari sinilah asal permulaan sunnah berkurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Idul Adha di seluruh penjuru dunia.

Wallahu A’lam Bishsawab.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Loading...