Anak adalah Perhiasan di Dunia

Anak adalah karunia dari Allah SWT. Dengan memandangnya, hati ini akan merasa gembira. Mata akan turut merasa sejuk dan jiwa akan tenteram ketika berbicara dengan mereka. Mereka adalah bunga kehidupan dunia.
Allah SWT berfirman:
Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik. (QS. Ali Imran: 14).
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS. Al-Kahfi: 46).
Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. (QS. Al-Hadid: 20).
Oleh karena itu, sering kali kita melihat orang-orang kafir tertipu oleh perhiasan ini. Mereka merasa bangga dengan memiliki banyak anak. Karena beranggapan bahwa anak-anak itulah yang akan menjaganya. Juga beranggapan bahwa Allah SWT ridho kepada mereka karena telah mengaruniakan anak-anak dalam jumlah yang banyak. Mereka menyombongkannya di hadapan orang-orang yang beriman. Ternyata, ada ayat-ayat Al-Qur’an yang justru mengkritik hal ini. Ayat-ayat tersebut menegaskan kepada orang-orang yang beriman bahwa banyaknya jumlah anak tidak akan memberi manfaat apa pun bagi mereka dan tidak akan dapat mencegah azab dari Allah SWT sedikit pun.
Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya orang-orang kafir, baik harta maupun anak-anak mereka, sedikit pun tidak dapat menolak azab Allah. Mereka itu penghuni neraka, (dan) mereka kekal di dalamnya. (QS. Ali Imran: 116).
Maka janganlah harta dan anak-anak mereka membuatmu kagum. Sesungguhnya maksud Allah dengan itu adalah untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan mati dalam keadaan kafir. (QS. At-Taubah: 55).
(Keadaan kamu kaum munafik dan musyrikin) seperti orang-orang sebelum kamu, mereka lebih kuat daripada kamu, dan lebih banyak harta dan anak-anaknya. Maka mereka telah menikmati bagiannya, dan kamu telah menikmati bagianmu sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmati bagiannya, dan kamu mempercakapkan (hal-hal yang batil) sebagaimana mereka mempercakapkannya. Mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat. Mereka itulah orang-orang yang rugi. (QS At-Taubah: 69).
Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak-anak kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami segera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak), tetapi mereka tidak menyadarinya. (QS. Al-Mu’minun: 55-56).
Dan mereka berkata, “Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami tidak akan diazab.” Katakanlah, “Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasinya (bagi siapa yang Dia kehendaki), tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” Dan bukanlah harta atau anak-anakmu yang mendekatkan kamu kepada Kami; melainkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda atas apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga). (QS. Saba: 35-37).
Konteks di dalam Al-Qur’an untuk memperingatkan manusia tentang fitnah anak-anak adalah ketika mereka mencintai anak-anaknya secara berlebihan hingga mencapai tingkatan meninggalkan perintah Allah SWT. Selain itu, anak-anak bisa pula menjadi penyebab Allah SWT murka. Oleh karena itu, ayat-ayat tersebut menegaskan:
Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar. (QS. Al-Anfal: 28).
Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar. (QS. At-Taghabun: 14-15).
Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sungguh, janji Allah pasti benar, maka janganlah sekali-kali kamu teperdaya oleh kehidupan dunia, dan jangan sampai kamu terpedaya oleh penipu dalam (menaati) Allah. (QS Luqman: 33).
Ancaman bagi orang yang lebih mendahulukan kecintaan kepada anaknya daripada kepada syariat Allah SWT adalah sebagai berikut:
Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS At-Taubah: 24).
Tetapi, apa solusinya bila si anak lebih memilih jalan yang jauh dari keimanan dan menempuh langkah orang-orang kafir nan fasik? (Semoga Allah melindungi kita dari anak model seperti ini). Sesungguhnya keadaan ini menjadi pemisah secara fisik, psikis dan mental anak dengan orangtuanya.
Allah SWT berfirman:
Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul Nya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari Dia. Lalu dimasukkanNya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridho terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)Nya. Merekalah golongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung. (QS. Al-Mujadilah: 22).
Di antara penghapus fitnah anak adalah berpuasa, shalat, bersedekah, mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits.
Dari Hudzaifah RA dalam suatu hadits yang panjang dia katakan: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Fitnahnya (ujian) seseorang terletak pada: istrinya, hartanya, anaknya, dirinya dan tetangganya. Dapat dihapus dengan shalat, puasa, sedekah, mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. (HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi).
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita karunia berupa anak shaleh, yang dapat membantu kita melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT. Aamiin.