Zakat berasal dari kata ‘Zaka’ yang memiliki arti suci, berkah, tumbuh dan terpuji. Zakat juga menjadi salah satu bagian dari rukun Islam. Awal mula zakat diterapkan pada masa Nabi Muhammad SAW. Ketika Rasulullah sedang hijrah ke Madinah bersama para sahabatnya dan kaum Muhajirin (orang-orang Islam Quraisy yang hijrah dari Makkah ke Madinah) saat itu mereka masih disibukkan dengan cara menjalankan usaha untuk menghidupi diri dan keluarganya di tempat baru. Selain itu tidak semua orang memiliki keadaan ekonomi yang cukup kecuali Utsman bin Affan karena semua harta benda dan kekayaan yang mereka miliki ditinggalkan di Makkah.
Perintah diwajibkannya zakat berawal ketika Rasulullah berada di Makkah. Beliau pertama kali menerapkan zakat secara lembaga setelah tahun ke-2 Hijriah di Madinah. Zakat yang diwajibkan pertama kali pada saat itu adalah Zakat Fitrah pada bulan Ramadhan, setelahnya diwajibkan Zakat Maal pada bulan Syawal yang wajib dibayarkan ketika hartanya telah mencapai nishab (Batas minimal harta yang wajib dizakati).
“Rasulullah SAW memerintahkan kepada kami untuk mengeluarkan shadaqatul fithr (zakat fitrah) sebelum perintah zakat (zakat harta).”(H.R. Nasa’i)
Pada tahun kedua di Madinah, kondisi ekonomi kian membaik. Melihat hal tersebut, Rasulullah memberikan kebijakan wajib zakat. Beliau mengutus Mu’adz bin Jabal untuk menjadi Qadhi dan amil zakat di Yaman. Nabi Muhammad memberikan nasehat kepada Mu’adz untuk menyampaikan kepada ahli kitab beberapa hal, diantaranya adalah kewajiban berzakat dengan kalimat : “Sampaikan bahwa Allah telalh mewajibkan zakat kepada harta benda mereka, yang dipungut dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-orang miskin yang ada diantara mereka.”
Rasulullah juga mengangkat beberapa sahabat untuk menjadi Amil seperti Umar bin Khattab dan Ibn Qais ‘Ubadah Ibn Shamit. Rasulullah menyampaikan kepada mereka tentang aturan-aturan dasar bentuk harta yang wajib dizakatkan, siapa saja yang harus membayar zakat, serta siapa saja yang menerima zakat kepada penduduk Madinah dan sekitarnya.
Zakat yang diterapkan Nabi Muhammad mengalami perubahan sifat. Saat di Makkah, zakat dilakukan hanya bersifat sukarela. Setelah hijrah, zakat menjadi kewajiban sosial yang dilembagakan dan harus dipenuhi oleh setiap muslim yang memiliki harta telah mencapai nishab.
Adapun besaran zakat yang harus dikeluarkan adalah makanan pokok sebesar 3,5 kg untuk zakat fitrah. Sedangkan zakat maal sebesar 2,5% dari total harta yang dimiliki apabila harta tersebut telah mencapapi nishab (Batas minimal harta kekayaan yang wajib dizakati).
Dengan berzakat dapat menumbuhkan rasa empati dan simpati kepada sesama muslim sehingga dapat merubah kehidupan menjadi lebih baik. Selain itu zakat juga merupakan bentuk gotong-royong dalam memberdayakan umat Islam agar menjadi lebih mandiri secara finansial. Zakat bisa menjadi harapan untuk saudara kita yang sedang berada dalam masa kesulitan.
Yuk Sahabat Dermawan, berdayakan sesama umat muslim dengan zakatmu melalui : https://mizanamanah.or.id/bayar-zakat/step/1/