Menunaikan hak anak dapat menumbuhkan perasaan positif dalam dirinya dan menjadi pembelajaran bahwa kehidupan itu adalah tentang memberi dan menerima. Di samping itu, hal ini juga menjadi bentuk pelatihan bagi anak untuk dapat tunduk pada kebenaran, sehingga dengan demikian, dia akan melihat suri teladan yang baik dihadapannya.
Membiasakan diri dalam menerima dan tunduk pada kebenaran akan membuka kemampuannya untuk mengungkapkan isi hati dan menuntut apa yang menjadi haknya. Sebaliknya, tanpa adanya hal ini, dia akan tumbuh menjadi orang yang tertutup dan dingin.
Suatu waktu, ada seorang anak menghadang Rasulullah SAW sebelum Perang Uhud. Ia kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, engkau mengizinkan anak pamanku ikut berperang, sementara kalau aku bergulat dengannya, aku dapat mengalahkannya.” Maka Rasulullah SAW mengizinkan mereka berdua bergulat dan dia pun dapat mengalahkan anak pamannya itu. Tidak ada alasan lagi bagi Rasulullah SAW selain mengizinkannya menjadi serdadu Muslim untuk memerangi kaum musyrikin.
Apakah ada orang di dunia ini yang lebih tinggi kedudukannya dan lebih banyak tentara dan pengikutnya dibandingkan Rasulullah SAW? Tentu tidak. Tetapi, walau demikian, beliau tetap menerima kebenaran dari seorang anak kecil. Beliau telah mengajarkan dan memberi pengarahan kepada kita untuk selalu menerima kebenaran dari anak kecil tanpa disertai kesombongan, perasaan tinggi hati, dan merendahkan anak kecil tersebut.
Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dan ad-Dailami dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata:
Aku berkata kepada Nabi SAW, “Ajarilah aku beberapa kalimat yang bersifat universal dan bermanfaat.” Beliau bersabda, “Beribadahlah kepada Allah dan jangan engkau sekutukan Dia dengan sesuatu apa pun. Selalu berpeganglah dengan Al-Qur’an dalam kondisi apa pun. Terimalah kebenaran dari siapa pun yang membawanya, baik masih anak-anak atau sudah dewasa, walaupun kamu benci dan jauh. Tolaklah kebatilan dari siapa pun yang membawanya, baik masih anak-anak atau sudah dewasa, walaupun kamu cintai dan dekat.”
