Realitas Hari Ini: Umat Islam dalam Bayang-Bayang Kapitalisme
Dunia saat ini dikuasai oleh segelintir perusahaan raksasa yang mengendalikan hampir seluruh sektor ekonomi global. Dua di antaranya, Blackrock dan Vanguard, memiliki saham di hampir semua perusahaan besar dunia—dari industri energi, teknologi, hingga makanan. Secara tidak langsung, mereka menentukan arah ekonomi, politik, dan bahkan masa depan peradaban manusia.
Sementara itu, umat Islam yang jumlahnya mencapai 2 miliar jiwa justru menjadi pemain pasif dalam perekonomian dunia. Kita memiliki sumber daya alam yang melimpah, tanah yang subur, populasi besar, dan keimanan yang kokoh, namun ekonomi kita sering kali dikuasai oleh kepentingan luar. Apakah ini takdir, atau kita yang lengah?
Hajar Aswad dan Kapitalisme Religius: Antara Keimanan dan Eksploitasi Ekonomi
Salah satu simbol paling sakral dalam Islam adalah Hajar Aswad, batu hitam yang diyakini berasal dari surga. Setiap tahun, jutaan umat Islam rela mengeluarkan biaya besar untuk mengunjungi Makkah dan berusaha menyentuhnya dalam ibadah haji dan umrah. Fenomena ini menunjukkan betapa kuatnya spiritualitas dalam kehidupan Muslim.
Namun, tanpa kita sadari, ibadah ini juga telah menjadi mesin ekonomi yang luar biasa. Hotel-hotel megah, bisnis penerbangan, agen perjalanan, dan perdagangan di sekitar Masjidil Haram berkembang pesat. Kapitalisme telah menyusup dalam ibadah kita, menjadikannya industri bernilai miliaran dolar. Ironisnya, sebagian besar keuntungan dari industri ini mengalir ke perusahaan asing atau segelintir elit ekonomi, bukan ke umat Islam secara luas.
Di sinilah letak ironi besar: umat Islam adalah konsumen terbesar dalam ekonomi berbasis spiritual, tetapi bukan pemegang kendali utama dalam industrinya.
Batu Hitam Hipokrit: Simbol Dualisme dalam Dunia Finansial dan Spiritual. Dalam konteks ini, baik Blackrock maupun Hajar Aswad bisa diibaratkan sebagai dua sisi dari satu mata uang kapitalisme, yakni “batu hitam” hipokrit.
Blackrock adalah batu hitam yang menandai kekuatan finansial yang mengekstrak nilai dari setiap transaksi global, tanpa memperdulikan dampak sosial dan keadilan. Hajar Aswad, seharusnya simbol keimanan dan kesucian, kini terjebak dalam pusaran kapitalisme pariwisata, menjadikannya alat hipokrit yang mengubah ibadah menjadi ladang investasi dan keuntungan materi.
Kedua “batu hitam” ini, meskipun berbeda makna, sama-sama menunjukkan betapa sistem global kita telah mengaburkan esensi keimanan dan keadilan. Mereka menjadi pengingat bahwa nilai spiritual bisa dengan mudah digantikan oleh nilai finansial apabila kita tidak menjaga prinsip tauhid yang murni.
Peran Wakaf dalam Ekonomi Islam: Warisan Keberkahan dan Manfaat Jangka Panjang
Salah satu mekanisme unik dalam ekonomi Islam adalah wakaf. Wakaf merupakan aset atau harta yang disumbangkan secara permanen untuk kepentingan umum, yang dikelola agar terus memberikan manfaat jangka panjang kepada umat. Dalam sejarah Islam, wakaf telah menjadi fondasi bagi pembangunan masjid, sekolah, rumah sakit, dan berbagai fasilitas umum lainnya.
Wakaf memiliki dampak jangka panjang yang luar biasa, karena:
Keberlanjutan Sosial dan Ekonomi: Aset wakaf dikelola secara profesional dan reinvestasikan, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk membiayai kegiatan sosial, pendidikan, dan kesehatan tanpa harus menguras sumber daya negara.
Pemberdayaan Umat: Dengan mengelola wakaf secara produktif, umat Islam bisa merasakan manfaat langsung dalam peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan bersama.
Model Ekonomi Berbasis Keadilan: Wakaf mengajarkan bahwa harta duniawi harus digunakan untuk kemaslahatan bersama, bukan hanya untuk kepentingan segelintir elit. Prinsip ini menentang eksploitasi dan ketidakadilan dalam sistem kapitalisme modern.
Peran Lembaga Amal dalam Mengelola Wakaf dan Zakat
Di era modern, lembaga amal seperti Mizan Amanah memainkan peran kunci dalam mengelola wakaf dan zakat agar dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi umat. Beberapa peran strategis yang dilakukan antara lain:
1. Pengelolaan Wakaf Produktif
Mengelola wakaf tidak hanya untuk keperluan sosial, tetapi juga sebagai aset produktif yang menghasilkan keuntungan untuk didistribusikan kepada masyarakat.
Contoh: pembangunan rumah sakit berbasis wakaf, sekolah Islam gratis, dan lahan pertanian wakaf yang hasilnya digunakan untuk program sosial.
2. Distribusi Zakat yang Tepat Sasaran
Mizan Amanah memastikan dana zakat tidak hanya diberikan secara konsumtif, tetapi juga dikelola secara produktif agar penerima manfaat dapat mandiri.
Contoh: program pelatihan keterampilan bagi mustahik, pendirian usaha berbasis zakat, dan pemberian modal usaha bagi dhuafa.
3. Edukasi dan Kesadaran Ekonomi Islam
Mizan Amanah berperan dalam mengedukasi umat tentang pentingnya zakat, infak, sedekah, dan wakaf sebagai bagian dari sistem ekonomi Islam yang berkeadilan.
Contoh: seminar, pelatihan bisnis halal, serta program literasi keuangan syariah.
4. Membangun Ekosistem Keuangan Islam
Lembaga amal membantu menciptakan ekosistem bisnis dan ekonomi yang berlandaskan prinsip syariah agar umat tidak bergantung pada sistem kapitalisme global.
Contoh: marketplace berbasis syariah, kemitraan dengan UMKM Muslim, dan pembangunan lembaga keuangan berbasis wakaf.
Mengapa Umat Islam Harus Mengendalikan Ekonomi?
1. Ekonomi adalah Kekuatan
Rasulullah ﷺ dan para sahabat menekankan bahwa ekonomi adalah fondasi kekuatan umat. Islam mendorong perdagangan, investasi halal, dan kesejahteraan kolektif.
2. Menghindari Ketergantungan pada Kapitalisme Global
Ketergantungan pada sistem kapitalisme global membuat umat Islam rentan terhadap krisis ekonomi dan manipulasi politik.
3. Membawa Keberkahan dan Keadilan Sosial
Sistem ekonomi Islam menekankan keadilan, keseimbangan, dan larangan riba.
Langkah-langkah untuk Mengembalikan Kendali Ekonomi
1. Bangkitkan Kesadaran Ekonomi Umat
Mulailah dengan mendukung produk dan usaha yang dikelola oleh sesama Muslim.
2. Membangun Kekuatan Finansial Umat
Mendirikan bank dan lembaga keuangan syariah yang solid. Mengembangkan industri halal mandiri.
3. Edukasi dan Investasi di Sektor Produktif
Fokus pada investasi di sektor-sektor yang memberikan manfaat jangka panjang, seperti pertanian, teknologi, dan energi.
4. Memanfaatkan Wakaf sebagai Mesin Keberkahan
Optimalkan potensi wakaf untuk mendanai berbagai sektor produktif dan pelayanan umum.
Kesimpulan: Waktunya Bangkit dan Mengambil Kendali!
Kini saatnya umat Islam mengambil kendali ekonomi dan membebaskan diri dari kapitalisme global. Dengan mengoptimalkan peran wakaf, zakat, dan lembaga amal seperti Mizan Amanah, kita bisa membangun ekonomi berbasis Islam yang adil dan penuh keberkahan. Umat Islam, bangkitlah! Jadilah pemilik, bukan hanya penonton, dalam ekonomi yang sesuai dengan nilai keimanan kita.
Author: Dede Sutisna Direktur Utama Mizan Amanah